Sebenarnya minat menulis berawal dari kesukaan kita akan membaca. Seseorang yang gemar membaca akan lebih mempunyai potensi untuk dapat menulis dibandingkan orang yang kurang suka membaca. Karena sesungguhnya apa yang kita tulis lahir dari apa yang kita baca. Hal ini sama seperti seorang koki masak yang menciptakan sebuah resep masakan. Si koki dapat membuat sebuah resep makanan yang baru karena dia telah banyak mencoba masakan-masakan yang ada. Terkadang bahkan resep itu tidak murni resep baru tetapi hanya perpaduan dari resep-resep yang sudah ada. Oleh si koki resep-resep ini dikreasikan sehingga menghasilkan citarasa yang berbeda. Atau juga seperti seorang arsitek dalam mendesain bangunan tidak akan terlepas dari apa yang ia lihat dan dia pelajari.
Kesukaan membaca berawal dari lingkungan sekitar, semisal keluarga. Apabila anggota keluarga kita gemar membaca atau ada kebiasaan membaca maka secara tidak langsung akan mempengaruhi minat baca anggota keluarga yang lain. Sebagai contoh apabila seorang anak yang sedang berduaan dengan kakaknya dimana kakaknya suka membaca, maka si anak bisa jadi ikut gemar membaca. Hal ini dikarenakan membaca merupakan kegiatan yang membuat si kakak berdiam diri. Ketika si anak ingin bermain tetapi kakaknya selalu acuh karena sedang membaca maka si anakpun akan menyerah dan berkeinginan untuk ikut serta membaca).
Gemar membaca juga dikarenakan kebiasaan seseorang. Apabila kita biasakan untuk membaca diwaktu-waktu luang seperti waktu menunggu angkutan umum, sebelum tidur, istirahat siang, maka lama-lama akan menjadi kebiasaan dan menumbuhkan kecintaan kita akan membaca.
Untuk menumbuhkan minat membaca sebaiknya kita memulai dengan bacaan-bacaan yang benar-benar kita sukai, sehingga aktivitas membaca ini menjadi kegiatan yang mengasyikkan.
Kita sadar bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih rendah jika dibandingkan negara lain. Jangan heran jika Anda berkunjung ke Negara seperti Jepang, Anda akan menemui di sudut manapun orang sangat dekat dengan kegiatan membaca. Baik di bangku taman, di dalam kereta listrik, ataupun di tempat-tempat menuggu lainnya. Bahkan menganggap kegiatan membaca itu sebagai sahabat. Gaya hidup seperti inilah yang seharusnya kita contoh.
- Kualitas bacaan seseorang akan sangat berpengaruh juga terhadap kualitas tulisannya.
Semakin banyak bacaan yang kita lahap, maka kualitas tulisan yang kita hasilkanpun akan semakin bagus. Karena itu kita dapat melihat kualitas tulisan seseorang dari bahan bacaan apa yang dia baca. Apabila bacaan seseorang cenderung berbobot dan ilmiah maka tulisan yang dihasilkanya pun akan lebih berisi dan kadang sulit dicerna bagi orang awam. Bagitu juga jika bacaan seseorang cenderung ringan dan bersifat jenaka, alhasil tulisan yang dia hasilkan pun lebih banyak berbau humor dan mudah dipahami.
Akan tetapi kita tidak boleh memaksakan untuk membaca buku-buku tebal dan berbobot untuk menghasilkan tulisan yang berbobot pula apabila kita kurang berminat dengan buku-buku tersebut. Kita dapat pula dengan mulai membaca bacaan-bacaan ringan dan lebih kita sukai.
Bagaimana kalau bacaan kita sukai adalah bacaan yang kebanyakan orang menilai negative seperti komik ataupun kartun-kartun lainnya? Hal ini saya rasa tidak masalah, toh sebenarnya komik juga merupakan bacaan.
Melihat dari pengalaman, dulu saya getol banget dengan bacaan komik-komik Jepang seperti Kung Fu Boy, ataupun komik Amerika seperti Donal Bebek terbitan Walt Disney. Mulai dari bacaan seperti itulah tumbuh kecintaan saya akan kegiatan membaca.
Sejalan dengan bertambahnya umur, saya mulai menyukai novel-novel remaja seperti Goosebump, Lima Sekawan, dan novel remaja yang lain. Waktu itu saya sudah menyelesaikan lebih dari 200 seri Goosebump. Buku sebanyak itu bagi saya sangat tidak terasa karena sudah menjadi kegemaran.
Beranjak SMU saya mulai menyukai Novel yang lebih tebal, apalagi dengan munculnya novel Harry Potter yang menggemparkan. Membaca dan menghabiskan setiap seri Harry Potter yang terbit merupakan kewajiban bagi saya!! Bahkan beberapa seri telah saya baca berulang-ulang.
Sewaktu kuliah saya lebih terfokus pada bacaan-bacaan yang berhubungan dengan study yang saya ambil. Saya mengambil jurusan Arsitektur di sebuah Universitas di Solo. Perpustakaan adalah tempat wajib yang harus saya kunjungi setiap minggunya. Bacaan apapun yang berhubungan dengan arsitektur pasti saya lahap.
Bidang arsitektur juga tidak pernah terlepas dari dunia komputerisasi. Mahasiswa arsitektur wajib punya perangkat yang satu ini. Mulai dari sinilah saya menyukai dunia komputer juga. Sudah tak terhitung banyaknya buku computer yang telah saya tuntaskan.
Dari dunia computer inilah saya menulis buku perdana saya. Waktu itu ide tentang menulis belum sama sekali terbesit dalam pikiran saya. Ketika itu saya sedang mempelajari sebuah software komputer, saya mempelajari software tersebut dari beberapa teman kampus. Seperti biasa untuk mendukung pembelajaran, saya mencari buku tutorial untuk software tersebut. Akan tetapi setelah saya cari-cari di toko buku ternyata belum ada yang menulis tentang software ini. Dari sinilah terbesit di hati saya “ kenapa tidak saya saja yang menulis?”
Mulai dari situ saya mendalami program tersebut. Kemudian saya berguru dari beberapa teman yang sudah lebih pengalaman akan program tersebut. Hingga saya cukup menguasai dan memulai menulis sambil terus memperdalam software-nya.
Karena menulis merupakan pengalaman pertama maka bagi saya tidak cukup hanya dengan menguasai program tersebut. Untuk dapat menghasilkan buku yang bagus saya juga membaca buku-buku tentang tulis-menulis.
- Mulai saja dengan kalimat pertama
Menulis merupakan kegiatan yang gampang - gampang susah. Untuk dapat melakukannya, anda tidak perlu berpikir panjang ketika menulis. Mulai saja dengan kalimat pertama yang ada dalam benak Anda, maka kalimat-kalimat berikutnya akan mengikuti dan mengalir dengan sendirinya.
Kita juga tidak harus runut ketika menulis. Kita dapat menggunakan cara melompat-lompat atau tita-tiba balik untuk menambahkan penjelasan pada sebuah kalimat utama. Karena memang otak kita tidak mungkin berpikir berurutan, terkadang ide begitu saja muncul, nah saat inilah kita harus cepat-cepat menulis walaupun kita sebenarnya belum mau membahas hal tersebut. Karena kalau kita tidak buru-buru menulisnya keburu ide itu hilang atau terlupakan
- Mudah dipahami
Yang terpenting dari sebuah tulisan Anda adalah mudah dipahami oleh orang yang membacanya. Bagi Anda sendiri sebagai orang yang menulis akan mudah saja memahami tulisan anda sendiri karena memang tulisan itu lahir dari pikiran Anda. Tetapi belum tentu itu berlaku bagi orang lain juga.
Tulislah kalimat dengan sesederhana mungkin. Buat kalimat jangan terlalu panjang. Cukup dengan kalimat pendek-pendek tetapi dapat menjelaskan permasalahan utama.
Kita juga jangan sampai mengulang beberapa kata dalam satu kalimat. Jika harus menggunakan kata yang sama gantilah dengan sinonim kata tersebut maka kalimat akan lebih enak dibaca. Jangan terlalu sering menggunaan kata “yang” dalam satu kalimat. Akan tetapi pecahlah kalimat menjadi beberapa kalimat.
Contoh : “Sepeda adik yang berwarna merah yang mempunyai roda tiga sudah lama rusak”. Ubahlah menjadi “Sepeda adik yang bercirikan warna merah dan beroda tiga sudah lama rusak”. Atau “Sepeda adik yang berwarna merah sudah lama rusak. Sepeda itu beroda tiga.”
- Menulis memerlukan kedisiplinan
Meskipun menulis berawal dari sebuah kegemaran membaca tetapi perlu didukung kedisiplinan yang tinggi dalam menulis. Kadang kita terlalu terbawa dengan mood diri. Ketika mood sedang bagus kita dengan semangatnya menulis bahkan tidak dapat berhenti tetapi bila tiba-tiba mood itu hilang, kita sangat malas untuk meneruskan tulisan yang sudah kita mulai. Apabila kita terlalu mengedepankan mood bisa-bisa tulisan kita tidak cepat selesai.
Agar dapat merampungkan tulisan tidak ada cara lain selain dengan menyelesaikannya! Untuk itulah diperlukan kedisiplinan disini. Kita sebaiknya mampu menyisihkan waktu tersendiri meskipun hanya satu jam untuk meneruskan tulisan kita.
- Berilah hadiah pada diri sendiri ketika kita bisa menyelesaikan satu bab.
Dalam menulis terkadang juga ada rasa jenuh atau bosan ataupun ide benar-benar buntu. Saat itulah anda perlu memberikan hadiah kecil buat pikiran kita. Seperti jalan-jalan ke taman, berbincang dengan seseorang ataupun melahap bacaan favorit kita.
Setelah beberapa saat Anda berkutat didepan komputer untuk menulis tentunya ada rasa capek. Nah, disini Anda tidak perlu terus memaksakan untuk menulis. Keluarlah dan berjalan-jalan sebentar untuk menghilangkan penat. Sebab jika kita terus menulis akan timbul perasaan jenuh bahkan dapat merasa memualkan. Perasaan seperti ini jangan sampai timbul karena dapat menyebabkan trauma atau enggan menulis kembali.
- Evaluasi buku
Setelah kita menulis beberapa bab jangan lupa untuk mengevaluasi apa yang telah kita tulis. Cobalah untuk membaca kembali, maka akan banyak tulisan yang bisa kita tambahkan. Dengan mengevaluasi juga akan memberikan kita beberapa ide yang mungkin sebelumnya terlupakan oleh kita.
Evaluasi tulisan kita juga dapat dilakukan oleh orang lain. Artinya kita meminta orang lain untuk membaca apa yang telah kita tulis. Kemudian mintalah komentar atau kritik mengenai tulisan kita. Bisa jadi hanya kita yang bisa memahami tulisan kita sendiri, sedangkan orang lain susah memahaminya. Dengan begitu tulisan kita dapat dipahami oleh semua orang pada umumnya.
Ketika saya menulis buku, saya juga melakukan metode ini. Draft tulisan saya copy menjadi beberapa eksemplar kemudian saya bagikan kepada beberapa teman. Setelah selesai saya meminta mereka untuk memberikan komentar dan masukan untuk tulisan saya. Dengan begitu tulisan saya lebih baik.
- Perbaiki terus-menerus
Tidak ada hal yang sempurna di dunia ini, begitu juga didalam tulisan yang kita buat. Baca ulang pada hari yang berbeda, kemungkinan ada yang salah baik itu soal ejaan, kalimat rancu ataupun kita ingin menambahkan kalimat penjelas lebih banyak lagi di dalam tulisan kita.
- Ajukan ke penerbit
Langkah terbesar ketika saya menulis buku adalah mengajukannya ke penerbit. Ketika buku saya telah selesai, saya mencoba memberanikan diri mengajukan ke penerbit. Memilih penerbit yang tepat merupakan langkah terpenting ketika kita menulis buku. Dengan mengajukannya ke penerbit yang tepat akan memudahkan tulisan kita diterbitkan. Pilihlah penerbit yang sesuai dengan tema buku yang kita tulis. Semisal buku kita tentang computer, maka carilah penerbit yang sering menerbitkan buku-buku tentang computer. Semisal Andi Offset, Elex Media Komputindo, dll. Dengan begitu peluang buku kita untuk diterbitkan akan lebih banyak.
Jika Buku yang Anda tulis merupkan buku perdana Anda, maka carilah penerbit yang benar-benar Anda percayai. Dengan demikian Anda tidak perlu khawatir terhadap masalah penipuan. Penerbit yang memiliki akreditasi yang baik akan menjaga nama baik dan kepercayaan berbagai pihak.
- Menerima royalty
Royalty merupakan sebuah penghargaan yang diberikan kepada penulis atas setiap buku yang terjual. Perhitungan royalthy masing-masing penerbit berbeda. Di Indonesia sendiri royalty berkisar 10-12% untuk setiap penjualan buku.
Pemberian royalty memang sepenuhnya adalah ketentuan penerbit. Pada umumnya penerbit memberikan royalty setiap 6 bulan sekali. Ketika menerima royalty kita akan mendapatkan laporan jumlah buku yang terjual dalam satu periode (6 bulan penjualan).
- Menulis kembali (terus menulis)
Telah dijabarkan diatas bagaimana tahap-tahap menulis dan menerbitkan buku. Hal yang terpenting adalah kita mau melaksanakan dengan tekad kuat. Sehingga kita dapat menyelesaikan sebuah tulisan.
Setelah Anda berhasil menulis sebuah buku, janganlah berhenti. Terus menulis dan menulis. Hal ini agar kemampuan menulis kita semakin terasah. Selain itu dengan tetap menulis akan menumbuhkan minat dan kecintaan kita terhadap kegiatan yang satu ini.
Demikian artikel mengenai bagaimana menulis dan menerbitkan sebuah buku. Semoga bermanfaat.
benar sekali, apa yang di baca sangat berpengaruh terhadap gaya menulisnya
BalasHapus